Pandemic, Sesuatu Yang Tidak Pernah Terbayangkan
Kala itu, tidak ada yang tahu, sesuatu besar akan terjadi. Tidak ada yang tahu, semua orang merasakan "Panic Attack" dalam ilusi mereka. Tidak ada yang tahu, sebuah virus baru bernama Corona Virus Disease-19 (Covid-19) menghancurkan kehidupan manusia hampir diseluruh dunia. Khususnya aku, merasakan sekali fenomena ini terjadi disekitarku. Blog ini kutulis untuk tugas kuliahku dan untuk berbagi pengalamanku sepanjang masa genting ini terjadi sampai saat ini.
Aku ingat betul, saat itu aku sedang kuliah di Universitas Pamulang, aku mendapat kabar bahwa di negara China terkonfirmasi ada virus baru yang mengakibatkan orang-orang menjadi sakit dan mudah menular. Dalam waktu singkat, lonjakan orang yang terpapar akibat virus ini terus meningkat. Kekuatan media sosial mampu mengantarkan update terbaru perkembangan virus ini. Berbagai negara bergerak cepat menutup akses-akses perjalanan untuk menutup akses bagi siapa pun yang datang dari China. Kebijakan "menolak" siapa pun yang datang dari China bukanlah sebuah rasisme atau diskriminasi, tetapi merupakan langkah yang tepat untuk menyelamatkan kehidupan dan kesehatan negara. Aku ingat betul, negaraku saat itu, tidak bisa menerapkan kebijakan seperti itu karena seseorang dikursi sana dengan keyakinannya bahwa virus ini tidak akan masuk ke negara kita. Sialnya, ternyata itu hanya sebuah komedi. Beberapa hari kemudian, terkonfirmasi di daerah tak jauh dari kampusku ada warga yang terpapar virus ini dan membuat masyarakat indonesia cukup panik akan kesehatan dan keselamatan mereka. Beberapa hari kemudian, jumlah orang yang terpapar mengalami peningkatan. Namun, dasar kita memang negara yang sangat baik hati dan menghargai orang lain, kebijakan menutup akses bagi orang yang datang dari luar negeri itu seperti sesuatu yang dosa, karena bertolak belakang dengan adat dan budaya sopan santun kita yang sangat melekat. Menolak wisatawan mancanegara/turis, khususnya dari China seperti sikap durhaka kepada orang tua, tidak dianjurkan untuk dilakukan.
Aku ingat, di parkiran kampus aku dan teman-temanku membicarakan virus ini, dan salah satu temanku menceritakan dibeberapa departement store mengalami kehabisan ketersediaan barang akibat terjadinya "Panic Buying" oleh masyarakat yang panik terhadap fenomena virus ini dan mereka melakukan belanja besar-besaran untuk mencukupi kebutuhan mereka yang akan memilih berdiam di rumah sampai vius ini hilang.
Sialnya, virus ini semakin menggila seakan lapar pada manusia.
Pemerintah menginstruksikan kepada setiap kampus untuk menghentikan kegiatan belajar dikelas (tatap muka) dan meminta untuk menjalankan kegiatan belajar dirumah dengan memanfaatkan teknologi untuk menghentikan penyebaran virus ini. Akhirnya aku pun harus pulang, karena tidak bisa dipungkiri akupun merasakan ketakutan akan virus ini masuk kedalam tubuhku. Aku putuskan untuk pulang karena aku juga rindu keluargaku, dan fasilitas dirumah lebih cukup untuk menunjang kegiatan kuliahku dibandingkan dengan kostan ku sehingga aku merasa lebih aman dan nyaman. 4-5 jam waktu yang harus aku tempuh untuk bisa sampai ke rumah. Dalam perjalanan, aku cukup khawatir karena aku harus menggunakan transportasi umum yang tentu akan sangat berkerumun dengan pengguna transportasi umum lainnya dengan jarak yang dekat. Aku juga cukup khawatir karena jika aku terpapar, aku akan membawa virus ini ke rumahku, dan secara otomatis akan menularkan virus itu.
Sesampainya dirumah, mama langsung menyuruhku untuk mandi air hangat dan merendam pakaian yang ku pakai untuk membersihkannya agar meminimalisir penyebaran virus jika ternyata virus itu hinggap di badan atau pakaianku. Setelah mandi, mama dan bapak menanyakan kabar ku, kabar lingkungan di kampus dan kostan ku, untuk mengetahui kabarku dan apa yang terjadi disana. Aku menceritakan semua yang aku tau dan rasakan dan setelah menceritakan semuanya aku disuruh untuk istirahat. Namun, aku tidak bisa beristirahat dengan sangat tenang. Aku terus memikirkan dan berharap agar aku tidak terpapar virus karena aku menghawatirkan kesehatan orangtua dan adik-adikku juga kesehatan masyarakat sekitar rumahku.
Hari demi hari aku berada dirumah, aku cukup tenang karena sepertinya aku tetap sehat dan tidak terkena virus itu. Aku bangun pagi untuk menjalankan kegiatan perkuliahan online yang baru sekali aku lakukan. Cukup antusias, karena ini sesuatu hal yang baru bagiku, dan aku merinduka teman-teman kampusku. Kami akhirnya belajar online melalui E-Learning dan Video Conference (Vicon), aku menyadari, tidak ada yang sulit di zaman sekarang dengan kemajuan teknologi yang tak terhenti. Teknologi dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah. Paragraf selanjutnya aku akan menceritakan kegiatanku dirumah.
Setiap senin-rabu aku menjalani kuliah online di rumah. Jika penat dengan kuliah, aku menghibur diriku dengan menonton konten sosial media, menonton film, membuat dan mengedit video, dan sesekali pergi keluar untuk bertemu temanku. Membantu orang tua? tentu. Namun tidak sebanyak dan intens seperti anak perempuan pada umumnya. Harap maklum, aku terlahir sebagai lelaki hehee. Ohiya, kebetulan di daerah ku sampai saat ini masih aman dari virus corona. Jadi, orang-orang masih cukup bebas melakukan segala aktivitas namun sekarang mereka cukup menjaga diri dengan menggunakan masker saat berpergian/berkegiatan diluar rumah. Karena keadaan situasi yang cukup aman ini, aku sempat memroduksi film pendek bersama teman-temanku.
Aku juga sempat membuat video musik buatanku
Aku mencoba untuk tetap berbuat sesuatu, melakukan sesuat dan membuat sesuatu walaupun situasi Covid-19 belum berakhir sampai saat ini. Pandemic bukan alasan untuk kita berhenti berkarya dan berbuat sesuatu. Semoga semua ini cepat berakhir. Aamiin...
-Dimas-
Keren, semoga semakin berprestasi ya dimas, jangan lupa kalau ada lomba2 yang diikuti info kesaya ya agar mahasiswa prodi manajemen bisa berkembang dan berkarya lewat prestasi
BalasHapus